Selain Terhindar Toxic, Ini Alasan Kenapa Pola Makan Anak Harus Dijaga

Kembali diungkapkan Ariani, toxic itu sebenarnya berasal dari makanan yang tidak sehat, dan mungkin kotor. Misalnya, makan gorengan. Bukan tidak boleh makan gorengan, makanan gorengan itu sah-sah saja, asal memakai minyak pertama. Gorengan yang dijual dipinggir jalan terkadang sering membeli minyak bekas dari hotel.

"Lebih baik orangtua membuat sendiri makanan gorengan. Karena dengan mengonsumsi dengan benar, kesehatan anak bisa terhindar dari saluran pencernaan yang tidak lancar," ungkapnya.

Ariani melanjutkan, kesehatan saluran pencernaan juga ikut mendukung tumbuh kembang anak agar optimal. Makanya, penting bagi orangtua untuk memastikan makanan yang dikonsumsi itu punya gizi seimbang.

"Mereka harus tahu kenapa kita mengatur pola makan. Dengan makanan sehat, anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Sekaligus kita perlu mengajari mereka, jika tubuh sudah terkena toxic, maka sulit untuk dinetralisir," ujarnya.

"Badan tubuh kita ini penting untuk menghindari racun, lebih baik lagi untuk mencegah dan menambah asupan protein. Hal inilah yang harus dipahami, kenapa sedari kecil harus menjaga pola makanan yang sehat," sambungnya.

Berikutnya, jelas Ariani, memenuhi kebutuhan gizi harus seimbang dengan mengembangkan kematangan emosi anak, sangat berkaitan guna mendukung anak tumbuh bahagia.

"Satu Iangkah yang dapat dilakukan adalah dengan memastikan pencernaannya dalam kondisi sehat. Di antara sekian banyak probiotik, Lactobacillus reuteri merupakan salah satu jenis yang telah teruji secara klinis aman dan bermanfaat bagi tubuh. Pemberian probiotik dapat dilakukan melalui susu atau makanan yang difermentasi seperti tempe dan yoghurt," jelasnya.

"Badan itu terdiri dari jiwa dan raga, walau fisik sehat dan kuat, tapi mental juga harus dibangun. Ada anak tumbuh besar sehat dan kuat, namun mentalnya tidak berani. Untuk membuat anak jadi lebih menyenangkan kita harus pupuk psikologis dan ajari pola sehat. Itu semua harus dibangun segera," tukasnya.

Sementara, Psikolog Elizabeth Santosa, M.Psi, Psi, SFP, ACC menuturkan, kematangan emosi dan kebahagiaan anak dapat dibantu dengan mempraktekkan perilaku positif, misalnya dengan mengajarkan kebiasaan bersyukur.

"Anak yang pintar bersyukur, akan tumbuh menjadi sosok yang optimis, berempati tinggi, dan Iebih bahagia. Orang tua juga sebaiknya rutin menghabiskan waktu dengan anak, misalnya berolahraga bersama, karena membiasakan gaya hidup aktif dapat meningkatkan kesehatan psikologis dan fisik," tandasnya.