Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Direktur Walhi Sumsel, Hairul Sobri (IDN Times/Rangga Erfizal)
Direktur Walhi Sumsel, Hairul Sobri (IDN Times/Rangga Erfizal)

Palembang, IDN Times - Pergeseran dari musim kemarau ke musim hujan dan rusaknya ratusan ribu hektare lahan gambut pascakebakaran hutan dan lahan (karhutla) dinilai bakal berdampak pada bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. 

Direktur Walhi Sumsel, Hairul Sobri mengatakan, kondisi gambut yang sudah tidak lagi baik akan sulit menopang air yang jatuh ke bumi, karena gambut sebagai resapan air alami terjadi penurunan permukaan.

"Ini patut waspada, karena fungsi gambut menampung dan sebagai tempat cadangan air. Ketika habis terbakar, maka daya tampungnya menurun, dan permukaan tanah (daratan rendah) akan banjir jika masuk musim hujan," ujar dia kepada IDN Times, Jumat (15/11).

1. Habis karhutla, hewan dan tumbuhan di lokasi kebakaran sulit beradaptasi kembali.

Sebagian besar wilayah Sumsel merupakan daerah rawa dan gambut (Dok.IDN Times/Istimewa)

Hairul menilai, selain bencana yang ada di depan mata, setelah karhutla juga akan berdampak pada terganggunya ekosistem. Hewan dan tumbuhan di lokasi kebakaran akan sulit beradaptasi kembali.

"Karhutla pasti mempengaruhi keberlangsungan hewan dan tumbuh-tumbuhan alami di wilayah terbakar. Tumbuhan dan hewan harus melakukan adaptasi, agar mampu bertahan hidup. Bahkan hal ini sangat memungkinkan terjadinya konflik antara satwa dan manusia," kata dia.

Tidak hanya itu, masyarakat lokal yang dominan bekerja sebagai nelayan dan petani, akan secara langsung merasakan perubahan ekosistem termasuk mata pencarian.

"Adaptasi tidak mudah di lakukan masyarakat adat. Karena butuh waktu yang lama untuk memahami kembali karakter alam. Itu pun jika ke depan tidak ada kebakaran yang besar lagi," jelas dia.

2. BPDB Sumsel sudah memetakan wilayah rawan bencana pascakarhutla

Kondisi bencana alam di Sumsel akibat perubahan musim kemarau ke hujan (IDN Times/Istimewa)

Sementara, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel memprediksi, ada 11 daerah yang rawan terjadi bencana pada musim penghujan. Kepala BPBD Sumsel, Iriyansyah mengungkapkan, bahwa bencara banjir diprediksi muncul di wilayah hulu Sumsel. Rata-rata, pada wilayah itu merupakan lokasi yang terjadi karhutla tahun 2019.

"Kabupaten Musi Rawas Utara, Musi Rawas, PALI, Muara Enim, Banyuasin, Musi Banyuasin, dan OKI merupakan wilayah rawan banjir karena ini wilayah hulu. Sedangkan untuk wilayah dataran tinggi yang berpotensi rawan longsor, ada di Kabupaten Empat Lawang, Pagar Alam, Lahat, dan OKU Selatan," ungkap dia.

Untuk mengantisipasi kemungkinan bencana tersebut, BPBD sudah berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota, serta instansi terkait guna mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.

"Kita lakukan pemetaan, ini juga bisa dilakukan persiapan sejak jauh hari. Mulai dari Sumber Daya Manusia (SDM) hingga peralatan bila terjadi bencana," sambung dia.

3. BPBD juga siapkan antisipasi terhadap kemungkinan terburuk bencana

Kondisi bencana akibat peralihan musim di Sumsel (IDN Times/Istimewa)

Iriansyah menjelaskan, pihaknya juga sudah mengantisipasi dan menyiapkan kemungkinan terburuk dampak bencana seperti kekurangan logistik saat bencana terjadi.

"Musibah itu tidak hanya mengakibatkan kerugian materi, tetapi dapat menelan korban jiwa. Jadi Badan Ketahanan Pangan juga sudah menyiapkan beras bila terjadi bencana yang menyebabkan gagal panen di daerah-daerah," jelas dia.

4. Basarnas Palembang bangun pos bencana di lokasi rawan bencana

Kondisi perubahan musim kemarau ke hujan merata di wilayah Sumsel (IDN Times/Rangga Erfizal)

Sementara, Humas Basarnas Palembang, Topan mengatakan, pihaknya sudah mendirikan beberapa pos bencana di beberapa daerah rawan banjir dan longsor yang akan terjadi di depan mata.

"Kami telah menyiapkan pos bencana dengan dilengkapi alat-alat berat untuk menangani banjir dan longsor, sehingga kami siap untuk mengantisipasi bencana nanti saat musim hujan," tandas dia.

Editorial Team